Mereka menempati tanah lapang berukuran 10×5 meter yang dikelilingi oleh rumah hunian di Jalan Sultan Abdullah 2, Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Makassar, untuk sekitar 30 orang murid.
Tata’ Sanusi, yang dibantu oleh adiknya, Tata’ Jafar, mencoba untuk tetap melestarikan silat tradisi ini di perguruan sederhana warisan ayah mereka secara sukarela. “Sekarang hanya seni, tapi, jangan coba-coba”, kata Tata’ Jafar di antara perbincangan kami tentang betapa hebatnya bela diri ini.
Mencak, yang berasal dari kata Pencak, diperkirakan berasal dari Semenanjung Melayu. Dahulu, orang-orang Melayu berdagang dan menetap di tanah Sulawesi, tak heran jika melihat gerakan dari Mencak mirip dengan silat dari Semenanjung Melayu, Aminah Pabittei dalam bukunya yang berjudul “Permainan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan”, 2009. Lalu, kata Mattulada (1979), seni bela diri ini lebih banyak menunjukkan ketahanan fisik dan kecerdikan.
Seiring perkembangannya, Mencak tak lagi dijadikan sebagai cabang ilmu untuk mempertahankan diri. Kini, juga menjadi konten hiburan yang ditampilkan dalam beberapa hajatan orang Bugis-Makassar dan berubah menjadi suatu kebudayaan yang harus dilestarikan. Sanggar Seni Bela Diri “Sipakatau” sejak beberapa tahun lalu mulai membuka diri kepada siapa saja yang ingin sekadar tahu atau mempelajari langsung bela diri ini sebagai sebuah kesenian dengan membuka akses seluas-luasnya kepada penduduk sekitar Sanggar untuk melihat proses latihan. Jauh berbeda dengan dulu, latihan dilakukan secara tertutup dan dalam keadaan hampir gelap. Kalau lagi tidak ada bulan maka latihan dipindahkan ke dalam ruangan dan penerangan memakai obor. Mencak dimainkan oleh dua orang. Satu lawan satu, dari tangan kosong sampai menggunakan senjata tajam serta diiringi bunyi gong dan beberapa alat musik tradisional lainnya sebagai penyemangat. Untuk menghindari cedera serius, maka pemberkatan untuk keselamatan sebelum memulai pertunjukan harus dilakukan kepada para pemain dan dibuatlah beberapa peraturan.
Mencak sebagai kebudayaan mengajarkan kepada pelakunya budi pekerti seperti kedisiplinan, rendah hati dan sportivitas. Secara luas, Pencak Silat adalah hasil budaya manusia untuk membela atau mempertahankan eksistensi dan integritasnya terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya guna mencapai keseimbangan hidup.